Dalam Yudisium, Dekan FIP Menegaskan TPACK Wajib Dimiliki Guru di Era Digital

FIP-NEWS: Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama) menggelar Yudisium Semester Genap 2021/2022 yang diikuti 140 peserta yudisium. Helatan yang berlangsung di Auditorium Multikultural sekaligus pengukuhan sebagai alumni FIP. Yudisium merupakan pernyataan lulus yang sekaligus mengukuhkan seorang mahasiswa yang telah memenuhi syarat kelulusan pada suatu program studi (Prodi).

Kegiatan yudisium yang berlangsung Kamis (15/9) dihadiri jajaran pejabat struktural FIP. Dekan FIP, Dr. Triwahyudianto, M.Si mengapresiasi dan memberikan selamat kepada peraih IPK tertinggi ditingkat Fakultas atas nama Nia Kurniawati dari Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) dengan IPK 3,90.
Nia, panggilan akrab menuturkan rasa haru bercampur bangga, dan tidak menyangkan dinobatkan sebagai yudisium terbaikpada kesempatan ini. Menurutnya, bisa kuliah merupakan keberkahan dari para guru-guru dengan keterbatasan waktu yang saya miliki. “Namun semua itu berawal dari keinginan yang kuat ditengah saya juga sambil mengajar”, ungkapnya.

Sementara, Dekan FIP mengingatkan soal guru profesioanal. Dalam sambutannya, ia menegaskan kembali sekarang kita telah berada di era digital, Guru di era sekarang ini berbeda dengan Guru pada era sebelumnya. Dimasa lalu, lanjutnya guru dinyatakan profesional apabila telah mampu menguasai materi yang diajarkan disertai metode pembelajaran yang menyenangkan. “Kini, guru profesional adalah guru yang disamping memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional juga wajib memiliki kemampuan adaptasi teknologi”, terangnya.

Orang nomer satu dilingkungan FIP ini membeberkan kemampuan tersebut, yakni mengintegrasikan Teknological, Pedagogical, Art, Conten Knowledge (TPACK). Selain itu, tegas dalam sambutannya, seorang guru harus mampu meningkatkan keterampilan berpikir siswa dari keterampilan berpikir tingkat rendah menuju kemampuan berfikir tingkat tinggi atau yang sering disebut HOTS.
Disadari atau tidak keberadaan teknologi sebagian dapat menggantikan atau membantu peran guru terutama pada aspek pembelajaran yang bertumpu pada transfer of knowledge and tekhnology and skill. “untuk kepentingan yang lebih luas, dalam pembentukan karakter, teknologi tidak dapat menggantikan peran guru sebagai pendidik, yang memang bertugas membentuk karakter, mental, kepribadian, sikap dan tabi’at melalui penanaman nilai-nilai luhur, yang berbasis pada agama dan nilai-nilai budaya luhur”, tegasnya.
Untuk itu, diperlukan adanya revolusi peran guru, yang semula sebagai sumber belajar tunggal kini harus mampu bergeser/berubah menjadi mentor, fasilitator, motivator, dan inspirator dalam mengembangkan imajinasi, kreativitas, karakter, serta kerja tim yang dibutuhkan peserta didik dimasa yang akan datang.
Akhir sambutannya, Dekan FIP yang juga pernah menjabat Direktur Kemahasiswaan dan Alumni berharap setelah ini, saudara akan terus mensinergikan energi positif saudara untuk menjadikan lingkungan menjadi lebih baik disetiap ruang dan waktu saudara berada, terlebih menciptakan suasana aman, nyaman dan tujuan bisa tercapai. (Mr. Don’t)